Jumat, 08 Desember 2017

Kesabaran

Dari kecil aku suka seni rupa. Literally karena ia terlihat enak dipandang, penilaianku hanyalah sekadar bagaimana wujudnya. Kalau ia terlihat bagus maka ia memiliki nilai yang tinggi, dan sebaliknya. Seperti guru sekolah dasar yang tidak memiliki spesialisasi pada mata pelajaran tertentu, nggak akan pernah ada seorang guru pun yang memiliki keahlian paripurna di seluruh mata pelajaran. Ia pun bukan penilai benda estetik yang pandai memaknai setiap goresan menjadi sebuah filosofi. Pengalaman itu termaafkan, dan telah menjadi hal yang lain untuk sekarang.

Aku mencintai setiap karyaku, ia adalah gambaran emosi, ia adalah postulat versi diri sendiri, ia hanya ada satu di dunia, dan ia adalah cermin yang sempurna untuk menjelaskan sistem tatanan kehidupan. Awal mula ia hanya berbentuk kanvas putih nan bersih, diibaratkan seperti bayi yang baru lahir. Kemudian kamu dapat membuat pilihan mengenai warna apa yang akan kamu goreskan diatasnya, ibarat memilih satu atau beberapa dari pelbagai pilihan hidup. Kamu akan langsung suka atau kamu dibuat sedih karena beberapa pilihan warna yang tidak pas, ibarat belajar, kamu melakukan  suatu kebodohan. Tapi apabila kamu memberinya sedikit waktu hingga cat yang tampak kurang pas itu cukup mengering, maka kamu dapat memperbaikinya dengan menggoreskan warna baru diatasnya, ibarat memperbaiki diri sendiri, kita butuh waktu untuk bangkit dari keterpurukan.

Tidak semua orang mau memperbaiki kanvasnya yang telah terlanjur jelek. Kebanyakan orang memilih untuk menyerah dan membuangnya agar dapat melukis di kanvas yang baru dengan harapan tidak akan melakukan kesalahan yang sama pada kanvas yang baru. Mereka lupa bahwa jika mereka memiliki sedikit kerendahatian, memiliki sedikit lebih kesabaran untuk menunggu hingga ia siap menerima warna baru yang akan melengkapi warna yang sudah terlanjur jelek itu, memiliki sedikit tekad untuk memperbaiki, maka mereka tidak akan membutuhkan kanvas yang baru.

Dari hampir 24 tahun aku hidup, 20 tahun terakhir dipakai untuk menyukai seni, namun aku tidak pernah sungguh-sungguh menaruh perhatian khusus padanya, kemudian muncul dekadensi pemikiran bahwa "kenapa nggak dari dulu" aku bersungguh-sungguh, ketika sekarang aku benar-benar bisa melihat wujud karya yang aku cintai. Saat ini keadaannya lain, mindset nya jangan begitu. Sekarang masih 24 tahun, who knows kita dikasih umur panjang, tetaplah tekun, niscaya di tahun ke 50 tidak akan ada ruang untuk alasan "kenapa nggak dari dulu" tsb.

Aku mencintai setiap karyaku, betapapun ia tidak sempurna, namun ia adalah bukti sejarah pembuatnya. Saksi bisu atas segala kesabaran dan ketidaksabaran. Maksudku adalah ia dapat dengan sangat melatih kesabaran. Untuk membuat pola dari garis kecil dalam ruang 1 sentimeter persegi adalah kemungkinan tidak terbatas yang dapat dikerjakan dalam 1 menit, namun ketika dihadapkan pada kanvas dengan ukuran 40x60 sentimeter atau lebih besar, kemungkinan dengan rasa percaya diri yang tinggi itu berubah menjadi pelbagai alasan mengungkap keterbatasan, padahal ia tetaplah 1 sentimeter persegi yang tadinya dapat dengan manjur menghimpun rasa percaya diri pada calon eksekutornya, hanya saja jumlahnya banyak dan membutuhkan sedikit lebih banyak waktu, kalau kita mau sedikit lebih "bersabar". So, apa bedanya?

WIP

Kamis, 23 November 2017

Sewajarnya

Beberapa waktu belakangan ini aku sedang banyak berpikir. Mostly tentang kehidupanku sendiri, dan perubahan yang terjadi di dalamnya. Banyak yang berubah, tapi untuk post kali ini aku hanya akan membahas satu perubahan yang paling membikin aku sendiri tercengang. Perubahan yang terasa paling signifikan adalah ketika aku memutuskan untuk berpindah haluan akan hobiku. Yang dulunya kupikir sangat menyenangkan dan nggak akan pernah ngebosenin, Belanja.

Teman-temanku yang mengenalku dengan baik pastinya udah pada tau kalau aku suka banget shopping barang-barang cewek, terutama make up, kalo dispesifikin lagi; gincu, lipstick sama foundation. Eyeliner aku nggak pakai karena mataku dari lahir sudah cukup berdimensi dan kalau ditambah eyeliner lagi jadinya malah bikin wajahku terlihat galak. Mascara bukan item yang bisa dikoleksi karena hanya tahan 3 atau 4 bulan disimpan sebelum kering dan gabisa dipakai lagi.

Terus hubungannya dengan kehidupan, adalah karena hobi adalah bagian dari kehidupan (lha). Ya iya dong, 12 dari 24 jam waktuku dalam sehari, dan 5 hari dalam seminggu dipakai untuk bikin uang. Terus uangnya buat apa aja? ya buat hidup, dan buat memuaskan hasratku akan hobiku, kegiatan yang aku anggap membahagiakan. Tapi mulai saat ini ada hal yang lebih membahagiakan dibanding sekadar melakukan hobi. Yaitu menikmati kehidupan mumpung kita masih hidup.

Beberapa waktu lalu aku nonton anime berjudul Your Lie in April sampai episode terakhir, yang mana karakternya membuatku terheran-heran karena mereka digambarkan sebagai anak umur 14-15 tahun yang memiliki pemikiran yang sudah jauh lebih dewasa (dalam konotasi positif) dari umur biologisnya. sedangkan aku waktu umur segitu masih alay-alaynya sedang berproses menemukan jati diri. Aku nggak akan bahas ceritanya, yang jelas itu bagus, dan layak ditonton untuk semua umur. Aku suka banget dengan karakter utamanya, Kaori, cewek yang divonis hidupnya nggak akan lama lagi dan ia menjalani sisa hidupnya dengan passion, ia bermain musik di suatu concour tapi bukan untuk menang, memberanikan diri untuk berkenalan dengan idolanya di sekolah dan makan apapun yang ingin ia makan tanpa berpikir akan menjadi gendut.

Menurutku Kaori adalah karakter yang patut dicontoh, hidupnya penuh semangat, bebas dan dengan berani menghadapi maut karena ia bersyukur akan hidupnya. Aku ingin hidup seperti itu. Pernah kubaca suatu quote aku nggak ingat nama author nya berbunyi " Orang-orang yang datang ke pemakamanmu tidak akan membicarakan bahwa kamu punya koleksi gincu terfantastis sekampus. " - Seseorang. Don't give too much about stuffs. Apalagi kalau stuff tersebut sampai merenggut kehidupanmu. Dulu aku rela nggak makan asalkan beli gincu baru, rela nggak main sama teman-temanku, rela ngurangin jatah kencan, which I think it's stupid. Karena aku seharusnya bisa memanfaatkan waktu yang aku punya while masih ada waktu.

Segera setelah aku sembuh, aku mau menjalani kehidupanku seperti yang kupikir akan bermanfaat. Aku akan menyisihkan sebagian pendapatanku untuk mengunjungi tempat makan enak, baca buku di perpustakaan umum, menjadi volunteer atau membeli tiket konser amal. Nggak peduli sama siapa, sendiri pun aku berangkat. 

Kamis, 09 November 2017

Review: Jcat You Glow Girl Baked Highlighter in Pink Goddes

Hai, kali ini aku mau review produk highlighter merk US aku gatau ini brand drugstore apa bukan tapi harganya sebangsa drugstore. Aku beli ini gara2 kak @ca2ca2 bilang kalau highlighter ini silau banget. Langsung aku beli gapake mikir, cus review~

Aku punya yang shade pink goddess, dari beberapa pilihan shade nya sebenernya aku sempet galau mau ambil ini atau moonlight, yg kayaknya lebih cocok dipake daily, tapi aku kurang suka sama motif emboss nya hoho, jadi aku ambil si pink ini.

Kemasannya B aja, bahkan menurutku cenderung nggak menjual, terus kyk yg td aku bilang dy punya motif emboss yang beda-beda tiap shade, menurutku itu sebuah kekurangan karena kesannya jadi nggak concern sama kualitas produknya.
Untuk pigmentasi kubilang so-so nggak bagus2 banget, Dan yg aku kecewa banget, ternyata doi ini tipikal highlighter yang glittery, aku bukan banci glitter :( begitu aku apply ke muka, glitter nya fall out mbleber kemana2, I shone like a diamond! Bener sih kata kak caca, highlight ini silau banget 😂


Tapi disamping fall out dan glitternya yang overwhelming itu, sebenarnya aku suka sama shade ini karena dy bikin wajah jadi blushing kayak gausa pake blush lagi.

Keliatannya biasa aja pas Di foto, malah kayak bagus gidu

Tapi percayalah, aslinya wow kayak ketumpahan eyeshadow metallic. 
Kalau dari jauh nggak begitu keliatan glitternya, tapi kalo dari deket kayak pas lagi ngaca gitu, keliatan banget itu butiran glitter gede gede hiks 😂 aku akan simpan ini buat mainan aja sekian.

Repurchase? Absolutely no.

Kamis, 02 November 2017

Review: Granola by Cleaneats

Hai, kali ini aku mau review produk makanan, tumben banget kan aku review makanan hehe, tapi ini bukan sekedar makanan biasa. Karena ini adalah makanan kekinian yang di klaim healthy and tasty. Yes, here it is granola.

Since dokterku memvonis bahwa tulang kaki kananku tidak lagi bisa memikul berat badan berlebih, So aku harus cutting dari sekarang. Berat badanku saat ini 72 kilogram, which kata dokterku itu kelebihan 17 kilo dari berat badan yang seharusnya, berarti aku harus diet extra tapi non ekstrim.  

Saat ini aku mengganti karbohidrat dari nasi putih ke nasi hitam, dan sumber kalsium dari susu sapi ke susu kedelai. Satu yang masih menjadi problematika adalah aku orangnya doyan banget ngemil, kalo nggak ngemil aku gak bisa mikir, lemas, lesu #halah. Denger2 sih granola ini bisa jadi substitusi yang bagus pengganti micin yang biasa aku makan, cemilan sehat dan enak. So I decide to give it a try, aku beli ini di tokopedia nama tokonya cleaneats. Harganya lumayan, 30.000 idr Cuma dpt 120gr. Sebelum ini nyampe ke rumah, dalam hatiku aku udah bilang, pokonya ini rasanya harus enak! Kebangetan banget kalo nggak enak, soalnya kan makanan enak + sehat udah pasti = mahal hehe. Aku nyoba 2 dari 8 varian yang ada, aku pilih; matcha sama oreo.

Japanese Matcha Cranberry
Begitu sampe, aku kaget kenapa warnanya coklat, kukira bakalan ijo gitu, aku ngebayanginnya rasanya bakalan kayak selai matcha elmer yang pekat gitu, ternyata enggak, ini lebih kayak ada rasa teh keringnya beneran. Terus dy ada campuran buah keringnya, aku kurang suka sih sama rasa ini, lebih ocha ketimbang matcha. Tapi tetep enak kok, enak aja gapake banget.

Oreo Charcoal Banana
Ini rasanya beyond expectation ~ enak bangettt! Tadinya aku tu sama sekali nggak tertarik dengan makanan yang ada embel2 charcoal nya, soalnya terkesan hambar gimana gitu ya kan ~ tapi rasa nya ketutup sama oreo nya, jadi gak berasa oats (karena aku pribadi nggak terlalu suka rasa oats asli) kalo si oreo ini campurannya pisang kering, aku suka banget, pas gitu menurutku mix oreo + pisang rasanya nyambung.

Kata orang-orang cara makannya bisa 3 cara yg umum;

1.       Pakai susu kayak sereal gitu
2.       Pakai yogurt, chia seed dll ala pudding
3.       Dimakan langsung ala cemilan


Aku sih paling suka cara ketiga karena aku udah coba makan ini pakai susu, tapi ternyata rasa dari si granolanya sendiri malah luntur ke susu jadi rasanya setengah2, manis enggak, hambar juga enggak, kan bingung ~ 

Overall sih granola ini layak banget dicoba syukur2 kalo doyan, aku nggak akan repurchase yang matcha, tapi aku pasti bakal beli lagi yg oreo, ini bakal selalu ada di kamarku, di meja kantorku di tasku buat jaga2 kalau pengen nyemil, Oiya entah ini perasaan aku aja atau gimana, tapi menurutku makan ini sedikit aja (sekali makan mungkin kayak satu sendok makan atau kurleb 20gr) rasanya cepet penuh di perut. Jadi worth the price lah walopun isinya sedikit. Aku udah review di tokopedia dan minta sellernya bikin kemasan yang agak besar jadi lebih ekonomis, terus sellernya respon emang iya katanya dy bakalan bikin size besar dalam waktu dekat ini, yayyy! Oiya aku juga masih penasaran sama rasa kopi nya sama coklatnya. Next aku akan update apakah si granola ini secara mejik dapat membantuku menurunkan berat badan secara signifikan? Lets see ya sekitar 1-2 bulan lagi, thanks for reading guys ~

Selasa, 31 Oktober 2017

Berbeda

“When there is a will, there is a way”

Sebuah kalimat yang sangat ingin aku percayai, agar aku terus berpikiran positif akan suatu harapan di masa depan. Seems makes me so excited to bite the bullet. Tapi hati-hati, semakin tinggi harapanmu, akan semakin sakit kalau kamu jatuh. Menurutku opini tersebut ada benarnya, karena aku membuktikannya hari ini.

Hari ini, aku menerima kabar kurang baik, bahwa ternyata aku tidak cukup mumpuni (dengan segala pertimbangan panitia) untuk dapat melanjutkan proses hiring CPNS di Kementrian Keuangan, yang sejatinya merupakan cita-cita yang sangat diidam-idamkan orang tua ku, khususnya ibu. Aku yakin semua orang tua pun begitu, orang tua manapun pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Terserah apa pendapatmu tapi yang aku rasakan saat ini faktanya adalah tidak seindah yang seharusnya.

Intermezzo: Hubunganku dengan keluarga bisa dibilang kurang harmonis. Khususnya dengan ibuku. Ibu selalu berdoa dan mengharapkan yang terbaik (yang kebanyakan menurut dunia juga adalah terbaik untuk sarjana ekonomi seperti aku) untukku. Aku dan ibu adalah makhluk ciptaan Allah yang dirancang terbalik 180 derajat. Menepis peribahasa “Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya.” Terribly sorry, nggak berlaku buatku.

Ibu seperti kurang memahami bahwa yang terbaik untuk setiap orang itu berbeda, karena setiap orang memiliki kapasitasnya masing-masing. Ibu sangat terpukul dengan kegagalanku hari ini. Which is even more depressive than accepting my own failure! Aku mengerti, aku dan ibu dibesarkan dengan cara berbeda, dalam lingkungan yang berbeda pula. Sorry to say,menurutku ibu dibesarkan dalam lingkungan yang sempit, alhasil ibu tidak cukup bisa dikatakan berhasil meraih apa yang dicita-citakannya dalam hidupnya, jadi ibu menumpahkan itu semua kepadaku, berharap akulah yang akan melanjutkan cita-cita yang tak terwujud itu, ditambah lagi dengan kondisiku sekarang yang bisa dikatakan sedang dihujani musibah (FYI, aku sedang tidak dapat menggunakan kaki kananku untuk sementara karena suatu hal) ibu sangat ingin mempercayai ayat alquran yang berbunyi “Sesungguhnya setelah kesulitan, ada kemudahan” ibu jadi sangat berharap bahwa seolah-olah apa yang dijanjikan Tuhan kami itu harusnya disini, harus di hiring CPNS ini. Sehingga harapannya sangat besar, dan hanya sedikit mempertimbangkan kemungkinan jatuh. Pernah suatu ketika, seorang teman menyemangati aku yang baru saja resign dari kantor lamaku, dan akan segera bekerja di kantor baru yang nggak se-wow kantor lama. Dia bilang “Tenang aja, orang tua itu nggak akan peduli berapa gajimu, yang penting kamu bahagia.” Dengan percaya diri aku pulang ke rumah dan memberi kabar tersebut kepada ibu, namun responnya sungguh diluar dugaan. Kalimat pertama yang keluar dari mulut ibu adalah “Berapa gajimu?” saat itu juga rasanya aku ingin membenturkan kepalaku ke tembok dan menangis kepada temanku itu, mematahkan pernyataannya kapan hari, kamu salah. Atau keadaan yang salah, entahlah, yang kuingat itu adalah perasaan yang tidak ingin kurasakan lagi di kemudian hari.

Ibu adalah seorang penganut agama yang “taat” namun lagi-lagi hal itu hanya berlaku bagi orang yang memiliki sudut pandang yang sempit. “Setelah kesulitan ada kemudahan.” Ayat yang dapat membawa vibes positif untuk diri kita agar kita bersemangat, sekaligus yang membuat ibu berharap terlalu tinggi, dan ia menjadi lengah dan seperti nggak sadar kalau selain itu ada ayat lain yang cukup kontras dengan ayat tersebut “Sesunggunya kamu tidak mengetahui, sedangkan Aku mengetahui." Ibu adalah orang yang taat pada agama, namun itu hanyalah citra yang biasa dinilai masyarakat dari apa yang terlihat. Buktinya, ibu tidak cukup bisa mengamalkan apa isi kitab yang setiap hari ia baca, karena ia hanya sekedar membaca saja. Mengkhawatirkan masa depan hanya karena gagal CPNS, seolah kalo nggak PNS nggak akan bisa sejahtera, meragukan pintu rezeki yg lain, menurutku itu sama saja dengan meragukan kekuasaan Allah. Bel, itu membuat aku ingin sekali pergi dari rumah ini, and live by my own. Sehingga ibu tidak harus tau apa yg sedang aku usahakan, agar aku tidak perlu memberinya harapan-harapan terlalu tinggi, Agar aku nggak perlu kebanyakan cing-cong, dan bisa bekerja dengan tenang, just prove it, dan itu akan menjadi kabar bahagia buat aku maupun ibu, there would be no drama.

Ibu adalah anak yang “cerdas” (dalam arti apa yang telah menjadi stereotip dunia, dengan indikator angka yang dapat dihitung) di sekolahnya dulu. I feel grateful for that, karena sejumlah penelitian mengatakan bahwa kecerdasan seorang anak adalah warisan dari ibunya. But then numbers will be (just) numbers, it wouldn’t help you that much, sayangnya kebanyakan dari kita nggak sadar kalau cuma ngandelin “cerdas” (yang diukur dengan angka itu) doang, sudah terbukti nggak akan cukup membuatmu bisa berdamai dengan kehidupan. Karena kehidupan nggak melulu soal pekerjaan dan uang doang.

Kemudian aku lebih bersyukur lagi karena aku tumbuh di lingkungan yang mendukungku, bahkan lebih dari apa yang telah ibu berikan kepadaku, Tuhan memberiku teman-teman yang luar biasa hebat. Di usia saat ini (22-25 yo) adalah usia dimana aku dan teman-teman sebayaku seharusnya memasuki masa-masa produktif. Dan mengikuti CPNS bagiku pribadi, tanpa mempertimbangkan apa yang dipahami masyarakat yang bisa jadi cenderung melebih-lebihkan, adalah salah satu kesempatan yang baik untuk menghidupi masa depan. Semua (well, nggak semua tapi cukup banyak) teman-temanku pun mengikuti CPNS. Belajar dan berjuang bersama, dengan cara sendiri-sendiri, rasanya nggak bisa diungkapkan dengan jelas melalui kata-kata. Mengetahui bahwa teman-temanku sedang belajar, membuatku ingin belajar juga. Dengan belajarku itu, sama sekali nggak pernah kuberharap agar nilaiku jauh melambung tinggi melebihi nilai teman-temanku. Pernah aku membaca suatu quote yang terdengar bijak berbunyi “Put your happiness in your own.” Sehingga kamu tidak akan dikecewakan manusia lain, oke itu ada benarnya, tapi sadar nggak? Kalau setiap orang itu berbeda, setiap orang itu unik. Dan kalau kupikir-pikir lagi, aku pun berbeda dengan quote yang kamu bilang wise itu.

Aku menaruh sebagian kebahagiaanku pada orang lain, sebagian dalam sebagian itu dimiliki oleh teman-temanku. Aku senang mendengar kabar baik dari teman-temanku, layaknya seorang ibu yang mendengar kabar baik dari anaknya. Itu menjadi kekuatan tersendiri yang tidak terduga dari mana datangnya, dan untuk menghadapi kegagalanku hari ini, itu banyak menolong aku agar tidak jatuh terlampau dalam. Sejujurnya aku merasa bahwa dalam keadaan kayak gini, teman-temanku jauh lebih bisa menolongku daripada ibu sendiri, terserah kamu mau nilainya gimana, mungkin sebagian dari kamu yang baca ini akan menganggapku sebagai anak yang lancang, durhaka dsb. Tapi sungguh, kamu tidak tahu dan tidak merasakan apa yang aku rasakan.

Suatu hari ibu menyarankan aku untuk meneruskan studi dan mengikuti program beasiswa, tapi saat itu aku sedang menikmati momen dimana aku bisa bernafas lega karena aku baru saja lulus S1 dan bisa dibilang sudah cukup bisa meneruskan hidup untuk kedepannya. Saat itu aku sangat bersyukur, bahwa aku sudah tidak usah belajar lagi. Saat itu, saran dari ibu kutolak mentah-mentah. Namun di kemudian hari setelah aku mencoba dunia kerja, aku merasa tersentil bahwa aku ini bukan apa-apa, bekal ilmu yang tadinya aku kira cukup ternyata masih jauh dari cukup, masih banyak hal yang ternyata aku nggak tau. Sehingga aku memutuskan untuk melanjutkan studi persis seperti apa yang dulu dibilang ibuku. Tapi hal itu berbeda, ini sekaligus membuktikan bahwa kamu adalah kamu. Orang lain hanya cameo, kadang berpengaruh tapi nggak se-powerful apa yang datang dari dirimu sendiri. 

Untuk itu, aku tidak terlalu bersedih hati akan kegagalanku hari ini, karena aku masih memiliki plan B, plan C, Plan E dst. Yang sudah kupikirkan sejak saat ini, yang akan kuusahakan mulai saat ini. Even better, aku memiliki teman-teman yang mempunyai visi misi yang sama denganku, didalam harapanku, terdapat sebagian untuk diri sendiri, dan sebagian untuk orang lain yg kebanyakan adalah teman-temanku yang selalu aku doakan agar kabar baik datang dari mereka, yang akan menjadi sumber kebahagiaanku jikalau bukan diriku sendiri yang bisa membuat aku bahagia, Kalian semua sudah seperti keluarga buatku, bahkan lebih kekeluargaan daripada keluargaku sendiri. Rasanya baru kali ini aku benar-benar meng-amin-kan doa yang biasa hanya diucapkan sebagai formalitas bagi seseorang di hari ulang tahunnya. Aku masih punya banyak rencana dan harapan, ya lord, aku nggak minta umur panjang tapi alangkah indahnya jikalau umur ini cukup untuk dapat menjadi saksi dari kebahagiaan tersebut.

Sekali lagi ini adalah blog pribadi, untuk menampung pendapat pribadiku sendiri yang tidak sejalan dengan stigma masyarakat yang menjunjung tinggi asas kekeluargaan.

“Home is where your heart is but what ashame cos everyone’s heart doesn’t be the same” – Greenday


Senin, 30 Oktober 2017

Review: Fleecy Scrub

Hai, kali ini aku mau review scrub dari Fleecy. Fleecy ini udah lama banget booming produknya, tapi dulu aku nggak tertarik, aku baru beli sekarang soalnya aku suka banget sama coffee scrub nya tiff Dan keinget scrub Fleecy juga punya Varian coffee. aku beli kedua variannya coffe Dan green tea yg akan kureview dibawah ini ~

Packaging
Scrub ini dikemas dalam stand up pouch yang kukira produknya itu langsung nempel Di bagian dalam ternyata Di dalamnya ada plastik lagi Dan pouch bagian luarnya itu nggak ada seal zip nya, seal zip nya itu nempel Di plastik bagian dalam Dan kecilll banget karetnya itu susah ditutupnya lagi 😂 aku suka sama desain yg greentea, lebih simpel, kayak kemasan keripik, tapi aku heran kenapa desain antara greentea sama coffee ini beda. Fleecy scrub ini ada 4 Varian, yg greentea itu bungkusnya sama kyk yg Varian pisang, while coffee sama kyk Varian rice.

Tekstur & Wangi
Keduanya punya tekstur yg kering kayak powder mask, tadinya kukira bakal kyk tiff atau frank yg basah kecampur oil. Yg kopi wanginya asli kyk kopi tubruk sachet 😂 nggak sesuai ekspektasiku yg bakalan yummy sweet gmn gt. While yg greentea wanginya kayak kacang ijo Dan pas aku liat komposisinya memang pakai kacang ijo yg greentea ini, jadi menurutku lebih proper kalau Varian ini namanya mungbean bukan greentea heheh ~



Greentea
Karena aku udh underestimate duluan sama yg kopi, jadi aku pake yg greentea duluan. pas kucampur air, aku langsung notice kalau dy pakai pewarna, soalnya pas aku aduk, ada gumpalan warna hijau yg biasa ditemukan pada pewarna hijau makanan. 😅

Aku pakai ini di wajah Dan badan, scrub nya ini lumayan lembut buat scrub wajah, dipakai Di badan juga nggak meninggalkan residu Di bagian yg kering kayak lutut atau Mata kaki. Habis pakai kulit jadi halus Dan cerah aku suka efeknya Di wajah, tapi menurut aku kalau Di badan ini masih kurang nampol hoho ~ oiya walaupun aku yakin komposisinya banyakan kacang ijo nya daripada greentea nya, kacang ijo juga punya manfaatnya yg baik loh buat kulit, diantara nya Menghaluskan, Mencerahkan Dan bantu mengurangi jerawat dan komedo.

Coffee
Sebenernya aku agak ragu mau coba yg kopi karena wanginya kayak kopi kapal api banget, jadi nggak semangat mau make nya 😅 tapi yaudalah drpd mubazir. scrub nya ini lebih kasar daripada yg greentea tapi aku suka karena lebih joss kalo dipakai Di badan. hasilnya sama2 bagus, halus gitu tapi untuk efek Mencerahkan kayaknya Bagusan greentea dibanding kopi. Tapi si kopi ini juga enak kalo dipakai scrub bibir. jadi aku mau taro ini Di toples kecil Di kamar Mandi untuk rutin scrub bibir.

Overall aku suka sama kedua scrub ini, tapi suka aja, nggak ada niat mau pakai rutin, soalnya produk ini under ekspektasiku dimana yg aku harapkan tadinya produk ini tu natural tapi ternyata nggak se natural yg aku bayangkan. Dan untuk itu harga nya jadi terkesan mahal.

Repurchase? No. soalnya selain efeknya biasa aja, aku juga masih kurang yakin dengan brand Fleecy sendiri. Karena dagangannya itu nggak concern tapi klaim produknya bagus semua. misalkan kayak dy punya produk unggulan teh pelangsing gitu okelah tokcer, but then dy punya sabun pemutih yg gak seberapa booming dibanding teh pelangsing nya tapi tokcer juga. Entah knp menurutku kalau kayak gitu malah menurunkan kepercayaan konsumen kalau produknya emg bagus rather than menaikkan variasi produk (paham gak?) Terus juga Katanya Fleecy ini banyak beredar palsunya Dan aku jg gak yakin yg aku beli ini asli apa nggak soalnya aku beli Di tokopedia Dan biasanya kalau beli Di tokopedia aku urutin yg penjualannya paling banyak, di suatu toko dengan harga 50.000,- Dan udah terjual ribuan pcs tapi, yg aku pertanyakan toko dengan penjualan paling banyak itu adalah toko yg banyak menjual kosmetik yg tidak jelas. Untuk itu Fleecy ini punya sistem barcode Di setiap produknya yg bisa digosok pake koin gitu, terus kita cek sendiri Di suatu web (yg beda dengan website official nya yg bahkan aku gak yakin yg mana yg official) kita masukin kodenya nanti dy bakal konfirm itu asli atau nggak. Tapi aku nggak percaya gitu aja (maklum mantan auditor 😅) bisa aja kan kode yg beberapa digit itu cuma dibuat beberapa seri yg nomornya sama, maksudku gini, gimana kalau sebenarnya cuma ada misalkan 3 nomor seri 123A, 321B Dan 456C yg kedaftar di website untuk 3000pcs produk yg berarti ada 1000pcs produk dengan nomor seri yg sama, terus kalau dipikir2 yg punya wewenang untuk menggosok nomor seri tersebut adalah konsumenn akhir yg notabene nggak akan beli dengan jumlah banyak, katakanlah aku beli 1 atau 2pcs produk dengan nomor seri 123A dan 456C. Terus diluar sana entah siapa ada juga konsumen yg dpt produk dengan nomor seri yg sama kyk aku dpt. kan nggak ada yg jamin setiap satu pcs produk itu satu nomor seri, jadi menurutku sistem barcode ini mudah dibuat Dan nggak reliable buat ngejamin keaslian produk.

No offense gaes, itu cuma pendapatku pribadi aja, aku nggak bilang produk ini jelek, yaa cocok2an sih. semoga bisa jadi pertimbangannya ya, thanks for reading 😘

Jumat, 27 Oktober 2017

Review: Inez Color Contour Plus Eyeshadow #Venice

Hai, kali ini aku mau review eyeshadow dari merk lokal, Inez. Sebenernya aku punya ini udah lama sekitar setahunan lalu, tapi aku baru review sekarang soalnya aku kemarin iseng2 bongkar lemari lagi sortir make up yg jarang aku sentuh, ketemu lah si Inez ini aku bahkan nggak inget kalau punya ini, Dan aku baru sadar kalau ternyata eyeshadow ini bagus banget! 😍
Inez color contour plus eyeshadow

Inez venice
Packaging
Ini yg aku kurang suka dari Inez ini, dy emg terkenal dengan packaging yg sangat mainstream dengan nominasi warna biru tua. Menurutku kesannya jadi kayak kosmetik jadul generasi ibuku hehe ~ pan nya nggak terlalu besar, Dan dy punya kaca, masih terlihat nggak ringkih, cuma kenapa warnanya harus biru tua gitu, knp nggak putih bersih atau hitam sekalian (suka2 dy lah) terus dy juga punya space buat Kuas bawaannya, but I barely use it, cos I much prefer to swipe it with my finger rather than a sponge lid brush. Oiya dy aslinya dikemas dalam kotak luaran art paper biasa gitu, warna putih tapi punyaku udh gatau kemana hehe maapkan ~


Pigmentasi
Ini yg aku suka dari si Inez Venice ini, dy punya kualitas yg ajib banget, bahkan kalau kubilang 11-12 sama Morphe. 3 dari 4 warna yg ada Di seri ini punya finishing metallic, dan ketiganya teksturnya empuk, creamy Dan sangat pigmented bahkan untuk warna cerahnya. Cantik banget, that's why aku lbh suka aplikasiin eysedo ini pakai hari daripada pake brush bawaannya ataupun brush2 lainnya, karena dy sangat creamy so kalo pakai brush dy akan cenderung fall out Dan nggak se intens kalau pakai jari.

Shade
Inez eyeshadow ini punya 4 warna, yg aku punya ini seri venice, dengan tone warm. Aku udah punya ini duluan sebelum aku beli Morphe 35o, kupikir tadinya warna2 Di Morphe 35o itu bakalan sama kayak Inez Venice ini ternyata aku salah besar sodara sodara ~ emg sih temanya sama2 warm, sekilas kayak sama aja tapi pas Di Swatch beda jauh, percayalah. Tapi untuk pilihan warnanya sendiri menurut aku masih kurang klop sama seleraku karena warna yg aku sering pakai bahkan selalu aku pakai kalau lagi pakai eyeshadow adalah warna warm-orange Matte Dan warna hitam Matte. Sedangkan Inez Venice ini cuma punya satu warna Matte tapi ada shimmernya, nggak bisa buat ngisi alis, udah gitu finish nya sheer nggak yg opaque gitu, ini warna ter least favorite dari ke empat warna Di seri ini. Dan aku nggak inget ada seri lain dari kawan2nya Venice yg menarik perhatianku, aku cuma suka sama seri ini aja. Jadi walaupun dy travel friendly, tapi aku ttp harus bawa eysedoku yg lain karena warnanya kurang hehe.

Dibawah ini aku bandingin warna dari Morphe 35o yg menurutku paling mirip sama keempat warna Inez Venice. Nggak ada yg sama Persis menurutku; Kiri-Morphe, Kanan-Inez

Sama2 bagus

Sama2 bagus

Sama2 sheer, B aja
Warna favorit aku dari ke 4 warna di Inez Venice ini adalah warna putih nya, aku love banget karena aku justru sering pakai warna ini untuk highlight hidung, karena dy metallic creamy tapi nggak ada shimmernya, finish nya jadi kayak liquid highlighter, natural banget buat highlight daily.
Morphe kalah telak, emang bagus banget putihnya ini, wew 😍
Staying power
Untuk staying power nya sendiri masih malah sama Morphe, tapi bagusnya dy jadi gampang dihapus, karena dy nggak smudgeproof, jadi gampang Di blend pakai jari. Aku cukup hapus ini pakai milk cleanser bisa langsung bersih.
Inez Venice (Putih) as highlighter on cheek bone, point of nose and inner corner
Overall aku seneng banget punya eysedo ini, entah kenapa dulu pas awal2 punya ini, aku biasa aja, mungkin karena ini adalah salah satu eysedo pertama aku pas aku belom begitu concern buat pakai eysedo, masih jaman kuliah jarang banget pakai eysedo apalagi eysedo metallic gini, dipakai pas ada acara tertentu aja itu juga kalo gak lupa. Terus jaman dulu juga belom hype yg namanya highlighter jadi aku biasa aja, bahkan cenderung menghindari eysedo dengan warna cerah. Tapi skrg aku suka banget banget bangettt, malah menurutku warna putih Dr si Inez ini akan kujadikan pedoman dalam memilih shade highlighter karena warnanya pas banget dengan tone kulitku. Repurchase? PASTI! I can't live without you lah sekarang mah 😍 aku beli ini Di konter Inez dengan harga sekitar 60.000 idr. Thanks for reading gurls 😘

Kamis, 26 Oktober 2017

Semuanya cukup

Segala sesuatu yg berlebihan tidak baik, apalagi hawa nafsu yang berlebihan, no good at all. Khilaf nya seorang Alifa Widiasti Nugroho paling susah kalo udah soal makanan dan belanja pas lagi punya uang.

Yg pertama, aku ini kalau lagi lapar atau cuma pengen makan aja benernya, pasti bawaannya mau beli makanan yg banyak, apalagi dulu pas masih ngekost aku bisa pesan go food 2-3 order makanan berbeda buat sekali makan. Dan akhirnya itu selalu kekenyangan, rasanya jadi nggak nyaman, rada bego, dan nggak sedikit makanan yg kebuang. Atau aku pesan cuma 1 order tapi aku pesan beberapa jenis makanan, karena kupikir sayang ongkirnya, tapi belakangan ini aku mikir, lebih sayang ongkir atau lebih sayang kesehatan ya? Karena jelas aku harus lebih mengutamakan kesehatan jauh diatas hemat uang. Lagian semakin banyak belanjaanku, toh semakin banyak uang juga yg aku keluarkan, walaupun harga perolehan untuk setiap jenis makanan jadi turun tapi kesehatanmu terganggu karena kebanyakan makan. Ok that was a stupid thing I've done. Everytime i eat, i'd focus on my plate, attract that this portion of food is enough for me. You're doing good, aku bangga pada diriku sendiri beberapa hari terakhir ini aku makan nggak sampai kenyang. Hopefully bisa istiqomah untuk seterusnya aamiin.

Kedua yang susah banget aku tahan adalah nafsu belanja pas lagi banyak uang. Ya, entah kenapa dari dulu aku paling gemas kalau ngeliat barang cewek terutama Skincare/make up, apalagi kalau review an nya bagus. Begitu punya uang aku pasti langsung beli, bahkan aku sampai rela makan pakai tahu doang asal aku bisa beli gincu baru wkwkw. Aku punya list barang apa aja yg aku mau beli tapi belom kesampaian. Terus aku bercita2 untuk menghabiskan list itu suatu saat, tapi terus suatu hari aku lihat youtibe nya mesijesi, beauty blogger yg sering banget di endorse produk make up macem2, Di chanelnya dy post video palette2 yang akan dy buang, Dan guess what, nggak sedikit! Yes, sedih banget nontonnya. Kamu, iya kamu, nggak akan bisa menghabiskan semua produk itu sebelum melewati shelf life nya. Lagi lagi, sayang banget yaa? Aku mikirnya. Terus aku mikir deh aku sendiri gimana ya, mungkin kalau aku terus begini aku bakal kayak gitu juga, bakal sayang banget gincu2, foundie2, bedak2 ini kalau harus kubuang sebelum habis, sedihnya bakal nggak sebanding sama senangnya waktu aku beli barang2 itu. So, aku memutuskan buat bikin list lagi, tapi kali ini adalah list barang2 yg udah aku punya, Dan aku catat sampai kapan aku bisa pakai produk itu, jadi setiap kali aku kepengen barang baru, aku liat list apa aja yg aku masih punya, misalkan ada foundation keluaran terbaru yg katanya bagus banget, nah sebelum aku "keracunan" untuk membeli nya, aku liat list foundie apa aja yg udah aku punya, and I think I should be grateful with what I had, aku masih bisa hidup dengan ini, nggak masalah kalau nggak beli baru.

Sebagian list "To be grateful" ku

Harus kuakui belanja itu memang menyenangkan, tapi belanja berlebihan itu ujung2nya akan menjadi keputusan yang nggak wise, karena pada akhirnya kita akan membuang lebih banyak uang yg harusnya bisa kita manfaatkan untuk hal lain. Jadi, mulai sekarang hopefully iman ini bisa selalu kuat memegang komitmen. By the way, blog ini lahir berkat kegemaranku yang kurang baik itu hehe ~ tapi nggak apa2 aku bakal tetap ngeblog tapi mungkin bakal lebih jarang kalau tentang make up dkk.

Nggak harus berubah drastis jadi hemat banget gitu enggak, aku yakin semua pasti butuh proses. Aku nggak menghapus list barang kepengenku sama sekali, tapi kuubah list itu jadi bentuk antrian dari yg mulai bikin aku penasaran banget, so kalau aku mau coba beli suatu barang, akan kupastikan bahwa aku sudah menghabiskan barang sejenis yg sudah aku punya sekarang agar aku punya alasan untuk beli yg baru ➡ Karena aku emang butuh, maka belilah yang aku yakin ini bisa bikin aku lebih hepi, makan lah yang aku ingin makan dengan porsi yang sesuai dengan kapasitas tubuhku. Pergilah berbelanja untuk menghadiahi diri sendiri sebagai tanda apresiasi atas suatu pencapaian. Belilah, sekalian yg bagus gitu, mahal nggak masalah, it won't be a splurge cos easy come - easy go, if it's not easy to get, butuh pengorbanan, yg penting aku senang pakainya, then aku nggak mudah tergiur untuk beli yang lain. Belanja sekali2 nggak apa2, asal selalu ingat untuk tidak berlebihan. I still can live happily with what i've already owned, inshaallah semuanya cukup untuk menghidupi kehidupanku.


Senin, 23 Oktober 2017

Review: The Ordinary Buffet

The ordinary buffet
Hai guys, kali ini aku mau review salah satu skincare line yang sempat hype beberapa waktu lalu. The Ordinary, line satu grup dengan deciem yang terkenal dengan produknya yang to the point dengan harga terjangkau. Tadinya aku sempet kebingungan dalam memilih produk mana yg pas buat aku karena macamnya itu banyak, Dan mengharuskan kita buat self research mengenai kandungan2 Di dalam produknya, aku memutuskan untuk membeli Buffet, karena pertama belom ada serum Di regime aku sehari2, that's why i need a serum, kedua based on my skin needs, aku nggak butuh perawatan yg bersifat healing, tapi lebih ke untuk perawatan aja, Dan ketiga si Buffet ini cukup unik dibanding sodara2 satu line nya yg semuanya nggak punya nama tapi cuma menyebutkan kandungan utamanya aja, macam generik gitu kalo Di dunia obat2an, si Buffet ini dy punya julukan sendiri "Buffet" which I think it makes it sounds special hehe, terkesan kayak produk andalannya TO karena beda sendiri (padahal nggak juga). Dan aku baca Di forum mana gitu kapan hari, katanya si Buffet ini memiliki ingredients yang jauh lebih banyak daripada sodara2nya, terus katanya kalo Di brand lain kayak lancome atau clinique, dengan kandungan kyk gini harganya bisa jutaan wew ~ cmiiw karena aku blom pernah nyobain serum harga jutaan hehe.



First impression
Teksturnya cair bening agak kental, nggak berwarna dan gak berbau, tapi aku notice dy ada bau samar2 kayak bau yeast gitu. Aku sempet underestimate karena bau ini mirip secret key essence, which aku nggak cocok pakai itu. Pertama diaplikasiin aku pakai 3 tetes, dan ternyata kebanyakan ~ besok2nya aku cuma pakai 2 tetes cukup. Kalau pakenya kebanyakan, dy bakal meninggalkan layer tipis kayak kulit salak gitu, bikin gerah dan greasy, nggak nyaman banget. Tapi dengan takaran yg pas, nggak ada masalah yg berarti.
Efek
Aku pakai ini dari tanggal 18 Oktober 2017, ini baru 5 hari sejak pertama kali pakai dan aku mengalami purging (fase penyesuaian) which is seems normal to happen if it's no longer than 4 weeks, so we'll see gimana nantinya, Di wajahku muncul kayak jerawat yang nggak ada matanya gitu, ada sekitar 4-5 butir, yg sekilas nggak keliatan, tapi kalau dipegang baru berasa, nggak yang parah gimana gitu sih, nggak ada kulit ngelupas, atau merah2. So far aku nyaman2 aja dengan hasilnya, Dan aku berharap banget ini beneran purging bukan break out, karena aku ngerasa kayak akhir2 ini kalau pagi2 aku cuci muka kayak berasa ketarik kenceng gitu tapi bukan kenceng yg kayak abis pake masker yg talc based, beda deh pokonya, rasanya tu kayak ketarik tapi tetep lembap dan licin gitu. FYI tipe kulitku oily cenderung sensitif, kalau aku pakai ini malam sebelum tidur paginya nggak bikin wajah kayak kilang minyak, so I think dy oke Di kulit super oily sekalipun.

Kesimpulan nya kalau sampai hari ini, aku suka tapi masih ada tapinya karena purgingnya ini, kalo nggak pake purging fix aku suka banget sama si Buffet ini. Aku pakai ini cuma dibarengin sama cream siang Olay yg aku pakai siang malam, dan sleeping mask dari Laneige yang aku pakai setiap senin Dan kamis malam. Oiya aku juga pakai ini sampai ke daerah dekat mata karena di keterangan web nya ini aman dipakai sebagai eye cream, pas banget nih buat kamu yg suka praktis. Aku beli ini di benscrub seharga sekitar 320.000 idr. Nanti bakal ku update lagi setelah 1 bulan pakai ya, Thanks for reading gurls 😘

Minggu, 22 Oktober 2017

Review: Luxcrime Ultra Lip Matte #dustypeach #datqueen


Hai guys, kali ni aku mau review gincu lokal dari Luxcrime. Aku beli ini karena aku naksir sama warnanya yg dusty peach, tapi nggak berapa lama setelah itu mereka launch shade baru namanya dat queen sebenernya, dan dua-duanya bagus sehingga kutak bisa memilih untuk membeli salah satunya aja, so daripada kepikiran kubeli aja dua-duanya hehe.


Packaging
So cuteee ~ aku suka banget sama desainnya luxcrime ini, kekinian banget jadi gak tega buang dus nya. Terus botolnya tu lebih ramping tapi juga lebih panjang daripada gincu kebanyakan. Ketika diulir tutupnya itu rada pop out gitu dari botolnya, bikin agak kaget wkwkw. Tapi aku kurang suka sama aplikatornya, menurutku aplikatornya ini terlalu kecil, dan nggak bisa menyerap produk dengan baik, jadi mesti bolak balik nyelup untuk mendapatkan cover yg baik. Terus dy kalau lama ditaro di meja, isinya tu jadi agak turun gitu, aku suka karena kita bisa tau kalau udah mau abis.

Shade & Consistency
Dusty peach: Warm peach dengan hint brown. Dat queen: Mirip dusty peach tapi dengan tone rose yg lebih kenceng. Sekilas dua-duanya terlihat mirip tapi menurutku teksturnya si dat queen better than dusty peach. Si dat queen memberikan hasil akhir yg lebih smooth, while si dusty peach cenderung nggak ngecover garis halus bibir, oya untuk si dusty peach dy akan sedikit oxidize warna setelah dy nge set. Tapi dua-duanya ini pigmentasinya bagus banget, dan aku suka finish yg cepet set jadi matte kering gitu. Sayangnya gincu ini nggabisa dipakai sheer ala lip tint gitu, karena emg pigmentasinya full coverage, dan gincu ini sangat transferproof dan smudgeproof. Biasanya aku prefer remove lipstick pakai lip butter daripada make up remover oil based, tapi si luxcrime ini nggak bisa melt dengan konsistensi butter. Jadi emg harus pakai make up remover oil based supaya bersih. Terus menurutku walaupun dy ini finish nya matte kering gitu, tapi kalau kita mengatup2kan bibir dy masih terkesan lengket, terutama yg dusty peach. Ini bakal jadi masalah untuk sebagian orang karena dy masih terasa berat di bibir dan agak lengket.



Overall
Aku kasi rate 7.5/10 Aku pribadi suka sama si luxcrime ini, tapi sebatas suka aja karena warna2nya lucu2, dan pigmentasinya bagus banget, tapi untuk consistency menurutku masih banyak yg harus diperbaiki. Aku masih bingung kalau ditanya bakal repurchase atau nggak. Ini aku beli dengan harga 105.000 idr (menurutku cukup terjangkau harga segini dengan pigmentasi begini bagus) worth the price.

Jumat, 20 Oktober 2017

Review: Juvia's Place The Saharan Pallette

Hai, kali ini aku mau review eyeshadow palette pertama aku dari Juvia's place. Aku udah penasaran banget sama eysedo nya juvia ini dari dulu Di review Kathleen lights, dulu aku naksir sama palette nya yang hijau Dan mostly warnanya warm gitu, tapi setelah kupikir2 kayaknya warnanya nggak jauh beda sama Morphe 35o yg aku udh duluan punya, jadi aku ambil yg Saharan ini. selain warnanya belom aku punya, dy masih tetep punya warna2 natural, to go pallette banget deh doi.

Packaging
Nothing special dari material nya, cuma terbuat dari kyk kertas karton tebal dengan dus tipis diluar, dan nggak ada kacanya, ukurannya cukup travel friendly buat dibawa2 Di Tas. Tapi aku pribadi seneng banget dengan desainnya palette2 juvia menurutku desainnya nggak ngebosenin hehe.

Pigmentasi
Yg bikin aku penasaran banget sama eysedo ini adalah karena orang2 bilang pigmentasinya gila, bahkan buat yg Matte sekalipun.

Tekstur
Di palette ini ada yg Matte ada yg metallic, dengan tekstur yang berbeda-beda sebagai berikut detailnya;

Sokoto: Warna merah gonjreng, real red. Matte. Cenderung powdery Dan fall out.

Wodaabe: Gold cenderung kuning. Metallic creamy.

Bororo: Deep burgundy cenderung merah. Metallic creamy.

Kia: Deep blue ada sedikit hint kehijauan. Metallic creamy

Zoya: Pinkish beige, satin shimmer.

Iman: Moonlight white cenderung holographic. Satin shimmer.

Jamila: Deep brick orange. Matte.

Senegal: Rose gold brownish, metallic creamy.

Chad: Black solid. Matte.

Katsina: Beige solid dengan warm undertone.

Lulu: Soft pink, satin shimmer

Fula: Soft fuchsia, satin shimmer.


Dari semua warna Di atas, konsistensinya beda2. yang paling bagus pigmentasinya adalah dengan finish metallic creamy. Untuk finish satin shimmer pigmentasinya biasa aja, bahkan cenderung keras untuk warna zoya Dan Lulu.

Favorit aku dari me dua belas warna Di palette ini adalah

1. Chad, of course kita semua butuh eysedo Matte hitam. Dan hitamnya dy ini kenceng banget, yg suka smoky eyes pasti love banget. Aku juga suka pakai ini buat ngisi alis.

2. Katsina, warna ini biasanya aku pakai ke seluruh eyelid untuk make up daily yg natural, bikin mata terlihat lebih besar walaupun gapake eyeliner.

3. Iman, awalnya aku sempet underestimate warna ini karena dy cenderung holographic, which mean ngga akan bisa dipakai buat daily, ternyata nggak juga, warnanya masih masuk buat highlight hidung Dan dibawah alis.

4. Jamila, Warna holy grail aku. walaupun sama2 Matte tapi dy beda sama konsistensi Sokoto karena dy Matte nya nggak fall out, nempel dengan cantik Di kelopak mata stay all day.

5. Senegal. My hg colour juga tapi kalo ke acara yg lebih butuh make up ala lenong. tapi sebenernya Di Morphe 35o shade ini udah ada dupe nya hoho.

Yang aku sayangkan dari palette ini adalah, di packagingnya dy blg ini cuma bisa bertahan sekitar 12 bulan dari pertama Di buka, tapi yg aku tau sebenernya kita nggak perlu nurutin tanda itu, selama isinya itu nggak jamuran atau berubah bau, then it's fine. Cmiiw. Tapi kalo ternyata setahun udah gak kepakai bakal sedih bangettt, secara kita kan nggak akan bisa ngabisin eysedo palet dalam satu tahun.
Jamila as base & under waterline, Chad on crease, Senegal on lid
Thanks for reading gurls 😘

Kamis, 19 Oktober 2017

Lipstick Lokal Favorit

Hai gurls, kali ini aku mau review (atau lebih tepatnya ngelist kali ya) beberapa lipstick local favorit aku. Favorit ku disini diindikatorkan dengan;

1. Warnanya pas sama tone kulit aku.
2. Pigmentasinya buildable dalam arti bisa dipakai sheer kayak liptint ataupun full application, dan gampang di blend kalau mau campur 2 warna.
3. Nggak kering di bibir dan nggak terasa berat.
4. Kalau senyum nggak crack.

Btw, RR ku gatau kemana, kuganti pakai pradasari 01 hehe, ternyata susah juga ya bikin Swatch yg rapih gitu, salut deh sama semua lipswatcher :3

Semua lipstick yg ada di list ini aku suka banget dan gak pernah gagal dipakai ke acara apapun. Karena aku pecinta nude-orangey-peachy shade so kebanyakan yg aku sebutin disini ya warnanya gitu2 aja maklum yah, entah kenapa ini salah satu kebiasaan wanita jaman now yang hobi banget beli lipstick banyak dengan warna sama, idk why but it just makes me happy :D Beberapa yang aku sebutin disini udah kupakai sampai habis dan yg jelas aku bakal repurchase tapi nanti kalau stok gincuku udah berkurang yg gatau kapan hehe, cuss ~

#1 LT Pro Long Lasting Lip Cream
Aku punya yang warna nomor 06 dari seri warna yg dy punya aku Cuma tertarik sama shade ini, ini juga udh pernah aku review di blog ini. Teksturnya lebih kayak whip cream yg thick tapi nggak berat. Dan pigmentasinya bintang lima lah, oke punya. (Harga sekitar 80.000 idr)

#2 Mizzu Valipcious Matte
Ini salah satu liquid lipstick yang surprisingly good, awalnya aku Cuma coba2 beli ini soalnya aku pernah kecewa dengan eyeliner mizzu brown yg hasilnya nggak bagus di aku. Ternyata dy bagusan bikin lipstick, aku suka banget sama teksturnya yang bisa dibikin sheer dan pilihan warna2nya kekinian banget. Untuk sekarang aku baru punya shade chocomelt & dolce. Kedepannya aku mau beli warna lain. (Harga sekitar 80.000 idr)

#3 Rollover Reaction Suede
Aku punya ini yg shade prudence, ini salah satu brand gincu dengan packaging paling elegan dan beda dari gincu local kebanyakan. Dan ini salah satu tekstur terunik yang pernah aku punya, karena dy klaim ini sebagai lip and cheek, dy nggak matte yang transferproof gitu, tapi rasanya sangat2 ringan di bibir kayak gapake apa2. Lain kali aku mau beli shade Maxwell (Harga sekitar 120.000 idr)

#4 Purbasari Matte Lipstick
Ini lipstick dengan bentuk stick favorit akuuu banget banget banget. Aku belom pernah nemuin lipstick manapun yg teksturnya powdery kyk gini. Warna favorit aku 90, 81 sama 89 itu 3-3 nya udah mau abis. Dipakai nyaman banget dan gak bikin bibir kering. (Harga sekitar 35.000 idr)

#5 Wardah Long Lasting Lipstick
Aku punya warna no 13 classic brown, aku suka lipstick ini karena dy hampir mirip kayak purbasari finishingnya, tapi dengan syarat harus di dab ke tissue sekali, kalau nggak dy bakal masih agak shiny gitu nggak matte yg bener2 matte. Wardah punya beberapa jenis gincu tapi aku paling suka yg seri longlasting ini, aku pernah cobain matte liquidnya dan gak suka karena kering dan bolong2, terus juga yg intense matte lipstick nya, menurutku formulanya terlalu creamy untuk dinamai matte. Kadang lipstick ini aku pakai sebagai blush on juga. (Harga sekitar 40.000 idr)

Pengecualian untuk shade yang berbeda dari yg aku sebutin diatas, karena setiap lipstick walaupun brand dan jenisnya sama tapi kualitasnya bisa beda2 tergantung shade nya, ada yg bagus banget di shade ini, tapi shade satunya nggak. Tapi untuk shade2 yg aku sebutin diatas itu nggak ada yg pigmentasinya jelek kok, semuanya bisa cover garis hitam di bibir dengan baik dan match dengan semua undertone kulit.

Aku juga punya list untuk beberapa brand local yang (kayaknya)  bakal aku repurchase karena sebenernya barangnya bagus, tapi aku nggak terlalu suka kayak;
1. Luxcrime (Lengket dan terasa kering di bibir, tapi warnanya bagus2)
2. Justmiss (Lengket juga dan nggak buildable, tapi wanginya enak kayak kue)
3. Mineral Botanica (Packagingnya jelek 😅)

Nah segitu dulu ya reviewan ku kali ini, kalau ada yg baru lagi aku update disini. Thanks for reading girls ^^

Senin, 16 Oktober 2017

Merasa bodoh? Bagus.

Pernah suatu ketika aku mengalami masa paling depressive dalam hidupku di usia yang terlalu dini untuk memilih jati diri, aku berpikiran bahwa aku ini orang baik kok, dan aku pernah lebih baik dari kalian semua, at least dalam suatu hal. Dan aku tidak merasa berdosa karena merasa demikian. Awalnya kukira itu bagus untuk membangun rasa percaya diri. Tapi Di kemudian hari, perasaan itu terbalik 180 derajat dari apa yang aku yakini pada saat itu.

Pernah suatu ketika aku bertanya kepada salah seorang teman, "Menurutmu, selalu menganggap diri sendiri lebih baik itu, adalah sebuah kelebihan atau kekurangan?" Lalu ia menjawab "Kekurangan" katanya, "Karena itu kamu jadi lemah." Sambungnya.

Pernah suatu ketika aku bertemu dengan seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk selalu meng-underestimate orang lain. Ia merasa lebih baik daripada semua orang yang ditemuinya. Dan hampir semua orang yang mengenalnya, bahkan teman baiknya pun memiliki opini yang sama denganku. Aku merasa kasihan padanya karena ternyata apa yg dibanggakannya selama ini, adalah sebuah kesalahan yang semakin lama akan semakin membuatnya lemah.

Sekarang aku paham esensi; bodoh dan merasa bodoh itu tidak sama. Kesombongan sama dengan bodoh, tapi dengan tetap merasa bodoh, akan jadi kekuatanmu.

"Kesederhanaan akan membuka pintu wawasan lebih luas lagi." - Yasa Singgih

Tetaplah merasa bodoh, agar kamu terus bergerak maju. Tetaplah sederhana, agar kamu selalu bersyukur.